23 Mei 2009

LOMBA MENULIS CERPEN REMAJA (LMCR-2009)

PT ROHTO LABORATORIES INDONESIA
Kembali menyelenggarakan:
LOMBA MENULIS CERPEN REMAJA (LMCR-2009) Memperebutkan:
LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD
Total Hadiah Senilai Rp 80 Juta

•Peserta:
Terdiri dari 3 (tiga) kategori : Pelajar SLTP, SLTA dan Mahasiswa/Guru/Umum

Syarat-Syarat Lomba:
1.Lomba terbuka untuk Pelajar SLTP (Kategori A), Pelajar SLTA (Kategori B) dan Mahasiswa/Guru/Umum (Kategori C) dari seluruh Indonesia atau yang sedang studi/dinas di luar negeri
2.Lomba dibuka tanggal 10 Mei 2009 dan ditutup tanggal 3 Oktober 2009
3.Tema cerita: Dunia remaja dan segala aspeknya (cinta, kebahagiaan, kepedihan, harapan, kegagalan, cita-cita, penderitaan, maupun kekecewaan)
4.Judul bebas, tetapi mengacu pada Butir 3
5.Setiap peserta boleh mengirimkan lebih dari 1 (satu) judul
6.Naskah ditulis dalam bahasa Indonesia yang benar, indah (literer) dan komunikatif serta bukan jiplakan dan belum pernah dipublikasi

7.Ketentuan naskah:
a.Ditulis di atas kertas ukuran kuarto (A-4), ditik berjarak 1,5 spasi, font 12 (huruf Times New Roman), margin kiri kanan rata (justified) maksimal 5Cm
b.Panjang naskah antara 6 – 10 halaman, disertai: sinopsis, biodata dan foto pengarang, foto copy indentitas (pilih salah satu: KTP/Paspor/SIM/Kartu Pelajar/Kartu Mahasiswa) yang masih berlaku
c.Naskah yang dilombakan dicetak/diprint-out masing-masing judul 3 (tiga) rangkap disertai file dalam bentuk CD
d.Naskah yang dilombakan per judul dilampiri 1 (satu) kemasan LIP ICE jenis apa saja atau 1 (satu) segel pengaman SELSUN.
e.Naskah yang dilombakan beserta lampirannya (perhatikan ketentuian Butir 7b, 7c dan 7d) dimasukkan ke dalam amplop tertutup/dilem, cantumkan Kategori Peserta pada kanan atas permukaan amplop dan dikirimkan ke Panitia LMCR-2009 LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD – Jalan Gunung Pancar No.25 Bukit Golf Hijau Sentul City, Bogor 16810 – Jawa Barat

8.Hasil lomba diumumkan 31 Oktober 2009 melalui website www.rayakultura.net dan www.rohto.co.id
9.Keputusan Dewan Juri bersifat final dan mengikat
10.Naskah yang dilombakan menjadi milik PT ROHTO, hak cipta milik pengarang

Hasil Lomba
Masing-masing kategori: Pemenang I, II, III, 5 (Lima)
Pemenang Harapan Utama, 10 (Sepuluh) Pemenang
Harapan, dan Pemenang Karya Favorit jumlahnya ditentukan kemudian (jika ada/layak)

Hadiah Untuk Pemenang
Kategori A (Pelajar SLTP)
•Pemenang I: Uang Tunai Rp 4.000.000,- + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD; Pemenang II: Uang Tunai Rp 3.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN; Pemenang III: Uang Tunai Rp 2.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN. Untuk 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN. Bagi 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Piagam LIP ICE-SELSUN dan Bingkisan
•Hadiah untuk sekolah Pemenang I, II dan III masing-masing memperoleh satu unit televisi

Kategori B (Pelajar SLTA)
•Pemenang I: Uang Tunai Rp 5.000.000,- + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD; Pemenang II: Uang Tunai Rp 4.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN; Pemenang III: Uang Tunai Rp 3.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN. Bagi 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN dan 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat hadiah Piagam LIP ICE-SELSUN dan Bingkisan
•Hadiah untuk sekolah Pemenang I, II dan III masing-masing memperoleh satu unit televisi

Kategori C (Mahasiswa/Guru/Umum)
•Pemenang I: Uang Tunai Rp 7.500.000,- + LIP ICE-SELSUN GOLDEN AWARD; Pemenang II: Uang Tunai Rp 6.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN; Pemenang III:Uang Tunai Rp 4.000.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN. Bagi 5 (lima) Pemenang Harapan Utama masing-masing mendapat Uang Tunai Rp 1.500.000,- + Piagam LIP ICE-SELSUN dan 10 (sepuluh) Pemenang Harapan masing-masing mendapat Piagam LIP ICE-SELSUN dan Bingkisan.

Catatan:
•Hadiah untuk Pemenang Karya Favorit (jika ada) memperoleh Piagam LIP ICE-SELSUN
•Semua pemenang mendapat hadiah ekstra 1 (satu) Buku Kumpulan Cerpen Pemenang LMCR-2009
•Pajak hadiah para pemenang ditanggung oleh PT ROHTO LABORATORIES INDONESIA
•Informasi lebih lanjut e-mail ke: lmcr.2009@gmail.com Alamat e-mail ini diproteksi dari spabot, silahkan aktifkan Javascript untuk melihatnya

Ketua Panitia LMCR-2009
Dra. Naning Pranoto, MA

21 Mei 2009

Reformasi Diri

TANGGAL 12 Mei 1998, bangsa Indonesia kehilangan empat orang mahasiswanya yang tewas dalam tragedy Trisakti. Sebuah tragedy yang terjadi di tengah tuntutan munduh terhadap presiden Soeharto yang saat itu tengah berkuasa. Sembilan hari kemudian, atau tepatnya tanggal 21 Mei 1998, Presiden Soeharto yang telah memimpin bangsa Indonesia selama 32 tahun, resmi menyerahkan jabatannya pada wakil presiden saat itu, B.J. Habiebie.
Waktu itu adalah tonggak baru dari sejarah bangsa Indonesia. Rezim Orde Baru yang telah berkuasa selama puluhan tahun, akhirnya menyerah kepada rakyat yang ingin diadakan reformasi. Kini reformasi itu sendiri telah berjalan lebih dari sepuluh tahun, dengan tiga orang telah menjadi presidennya.
Melihat ukiran sejarah tadi, dan prakteknya dalam kehidupan, aku berkesimpulan kalau untuk mereformasi sebiah Negara harus dimulai dari bagian terkecil dari Negara itu sendiri. Reformasi harus dimulai dari warga Negara, Negara itu sendiri. Dan kita sebagai warga Negara yang baik harus mulai mereformasi diri sendiri dari saat ini.
Mereformasi atau melakukan perubahan ke arah yang lebih baik adalah sebuah keharusan jika kita ingin hal-hal yang terbaik pula. Orang bijak pernah bilang kalau hari ini itu harus jauh lebih baik dari hari kemarin. Itu artinya kita harus memperbaiki kesalahan-kesalahan yang pernah kita lakukan. Bukankah hanya seekor keledai saja yang mau melakukan kesalahan yang sama buat kedua kalinya?.
Mereformasi diri sendiri memang bukan hal mudah. Perlu perjuangan dan pengorbanan. Tapi itu mesti kita lakukan. Kita harus melakukan banyak perubahan kecil. Kita harus mulai berhenti menghabiskan waktu kita buat hal-hal yang tidak berguna. Jangan kita korbankan waktu kita yang mahal ini untuk menonton sinetron yang tak penting. Kenapa kita tak mengalokasikan waktunya tersebut untuk membaca buku. Belajar dan mencari ilmu pengetahuan, agar bangsa kita tidak menjadi bangsa yang bodoh dan dapat dibodohi. Agar Indonesia yang kita cintai ini bisa mengejar ketertingalannya dari Negara-negara yang udah lebih dulu maju. Apa kita tak malu dihina orang Malaysia, yang dulu pernah mencari ilmu dari kita?
So…, ayo cepet kita berevolusi ke arah yang lebih baik, karena dengan melakukan perubahan kecil kita akan memperoleh sesuatu yang besar. Dan dengan mereformasi diri kita akan memperoleh hal yang jauh lebih besar lagi dibanding, mengejar Jepang atau Amerika!!!***

AKU (CINTA) INDONESIA…

Hari itu, di salah satu taman bermain, di negeri yang amat kucintai, aku bersama Reni -sahabatku- tengah asyik membangun istana dari pasir. Bagiku, itu adalah satu-satunya permainan yang bisa aku mainkan bersama satu-satunya sahabatku pula! Satu-satunya? Ya, hanya Reni yang mau menjadi sahabatku.

Lagipula, siapa orangnya yang mau bermain denganku? Seorang anak keturunan tionghoa. Darah yang mengalir dalam tubuhku ini saja tak seratus persen darah Indonesia. Seringkali juga aku menyesali keadaan ini. Mengapa Tuhan tak pernah melahirkanku dari ayah atau ibu orang Indonesia saja? Mengapa pula seakan-akan orang Indonesia menjauhiku dan enggan bermain bola denganku? Padahal mungkin saja aku bisa membawa merah putih ke Piala Dunia.

Tapi sudahlah! Tak ada gunanya menyesali yang terjadi. Yang penting istana pasir yang kami bangun telah selesai. Kami pun berdiri. Mengamatinya sejenak. Dan kami berkesimpulan, bahwa istana pasir yang kami buat sekarang ini adalah istana pasir yang paling indah diantara istana pasir yang telah kami buat.

Reni tampak ceria. Begitupula denganku. Tapi keceriaan itu tak berlangsung lama. Sebuah bola merubuhkan istana pasir yang kami bangun dengan susah payah tersebut. Siapa lagi yang menendang, kalau bukan mereka. Mereka yang tak mau bermain bola denganku. Mereka juga anak-anak yang tak mengerti akan tata cara bermain bola yang baik dan benar! Kalau tahu mereka tak akan menendang bola itu ke istana pasir kami. Mengapa tidak ke gawang?

"Reni, ngapain kamu maen sama dia?" teriak Aji.

"Yah, dia itu anak tionghoa. Dia gak seratus persen Indonesia!" kini Dani yang berkata. Dan perkataan itulah yang membuatku meneteskan air mata, sembari bertanya, apa begini sikap orang Indonesia? Mengapa orang Indonesia suka mempermasalahkan perbedaan dan juga mendiskriminasikan orang-orang minoritas? Padahal aku ini mencitai Indonesia dengan sepenuh hati. Dan Indonesia pun seolah sudah terpatri dalam darahku yang menurut mereka tak seratus persen Indonesia!

"Sudahlah..." ucap Reni pelan sambil mengusap pipiku yang mulai basah. Reni pun mendekati anak-anak itu. Dan dari tempatku meneteskan air mata aku dapat mendengar perkataan Reni dengan jelas.

"Kalian ini kenapa sih? Dia itu sama kayak kita! Sama-sama mencintai Indonesia! Dan bukannya kalian udah diterangin kalau ideologi negara kita ngajarin kita buat gak ngemasalahin perbedaan? Malahan aku ragu kalau kalian ini anak Indonesia yang tak mencintai negaranya sendiri".

Tak ada yang berani berkata.Malahan anak-anak itu lari terbirit-birit karena tak tahan mendengar omongan Reni yang membuat telinga mereka panas. Reni pun kembali padaku. Tersenyum manis sambil mengajakku membangun kembali istana pasir yang jauh lebih indah dari tadi. Dia begitu baik. Dia juga mengajariku tentang arti hidup. Dan dia jugalah yang membawaku pada titik yang terjadi kini.

Kini, aku dan Reni telah menikah. Kami pun dikaruniai seorang anak laki-laki yang amat tampan.Semuanya telah berubah. Tak ada lagi yang menghinaku juga anakku. Aji dan Dani yang dulu sering mengejekku pun kini duduk bersamaku dan Reni, menyaksikan anak kami bermain bola bersama dengan ceria. Bahu membahu membangun negeri yang sangat kami cintai.

Aji dan Dani pun sejak saat itu telah sadar bahwa perbedaan bukanlah sesuatu yang harus dipermasalahkan. Toh, semboyan yang tertulis di lambang negara juga tertulis, Bhineka Tunggal Ika. Berbeda-beda tapi tetap satu jua!***

Cuma Missed Call…

"Sekarang kita latihan soal!"


'Soal? Matematik? ah, pusing. Mending nge missed call-in temen-temen lain. Lagian aku kan duduk di kursi paling ujung. Jadi gak bakal ketauan' usulku ketika guru di depan sana mulai membacakan soal-soal satu demi satu.

Aku memulai rencanaku. Mulai memencet satu demi satu nomor telepon teman-teman sekelasku. Dan pas mereka mau ngangkat. Olehku langsung kututup. Rencanaku berhasil. Beberapa orang yang sukses aku kerjain melirik tajam ke arahku. Ada juga yang bergumam, "Ngaganggu wae!". Aku nggak peduli! Aku terus menjaili semuanya. Hingga aku tak sadar bel berbunyi. Syukur alhamdulillah, karena matematik berakhir juga. Guru pun keluar. Aku sendiri berjalan ke belakang kursi guru. Semua teman-teman menyurakiku. Aku tak peduli! Karena aku sekarang tengah mengecash Hape ku. Bateraiku abis, digunakan untuk kejailanku barusan. Untung di belakang kursi guru ada colokan.

Pelajaran pun berganti. Kini seorangguru laki-laki dengan janggut, dan agak gemuk, tengah menerangkan Tenses kepada kami. Aku memperhatikannya serius. Karena aku memang suka pelajaran Bahasa Inggris. Tak berapa lama terdengar, lantunan lagu I Love U Bibeh. Semua anak sekelas tertawa. Aku ikut ketawa. "Ada juga yang dering hapenya sama kayak aku" gumamku. Tapi kok aneh pas aku menjaili mereka, tak ada satu dering pun yang terdangar. Lantas Hape siapa yang gak di-silence?

Aku terus bertanya. Hingga teman sebangkuku menggoyangkan bahuku sambil berkata, "Itu Hape kamu?".

Oh, my god! Ternyata itu memang dering dari hape aku. Aku malu bukan maen. Ternyata salah seorang teman yang tadi aku kerjain, membalas mengerjai aku. Aku berjalan menuju belakang kursi guru kuambil Hape ku, tapi sial saat itu pula Hape ku berbunyi kembali. Ada yang menjailiku lagi!***

Nah Loe...

"Kirain siapa" ucapnya sambil tersenyum.

"Akhirnya kamu tahu juga".

"Beneran, kirain teh siapa".

"Sama, aku juga gak ngira semuanya bakal kayak gini".

"Ih, gak nyangka deh, masalahnya kita kan temenan".

"Gimana lagi, cinta gak pernah bisa boong. Tapi jujur, aku gak akan maksa kamu buat nerima aku. Aku gak akan maksa kamu buat ngelakuin apapun, semuanya ada di tangan kamu".

"Beneran ih, gak nyangka banget"

"Tenang aja, dari awal juga aku cuma pengen ngomong doang. Gak lebih!".

"Ya..., tapi kenapa harus aku? Kenapa gak orang lain aja yang lebih sempurna?"

"Aku juga gak tahu..."

"Beneran ih, gak nyangka banget"

"Dan aku harap setelah aku ngomong dan ngedenger apapun yang kamu jawab, aku bisa ngelanjutin sisa hidup aku dengan tenang. Tanpa ada rasa yang ngeganggu yang bakalan ngebuat aku nyesel kalau aku gak pernah bisa bilang"

"Iya sih, aku juga sayang sama kamu, tapi sayang sebata temen aja, nggak lebih. Beneran ih, aku maih nggak percaya. Serius ini teh?"

Cowok itu mengangguk.

"..."

"Ya udah kalau itu yang kamu jawab. Aku gak kan maksa kamu buat ngerubahnya. Lagian kita lebih baik jadi temen aja kan?"

"Nggak apa-apa" cewek itu kurang percaya.

"Nggak lah...,"

"Jangan pernah berubah jadi temen aku yah"

Cowok itu kembali menganggukan kepalanya. "Hampir lupa...," ucapnya sambil merogoh saku celananya "Aku punya ini. Emang sih gak seberapa. Murah lagi. Tapi aku harap kamu gak membuangnya dan menyimpannnya sebagai kado ulang tahun dari salah seorang temen kamu" lanjutnya seraya menyerahkan sebuah kalung pada cewek yang ada di depannya.

"Knapa sih, pake hadiah-hadiah segala?"

"Nggak, kalau gak tahun ini kapan lagi. Tahun depan kita udah lulus, dan aku belum tahu apa kita masih bisa bertemu lagi atau nggak. Jangan dibuang ya...,"

Cewek itu menganggukan kepalanya. "Makasih ya...,"

"Ya udah kalau gitu, maaf udah ganggu waktu kamu"

"Jangan berubah buat jadi temen aku yah...,"

Cowok itu berjalan keluar dari ruangan itu dengan perasaan yang campur aduk. Meninggalkan cewek yang udah dicintainya sejak dia pertama masuk SMA hinnga saat kini -hampir lulus-. Saat melewati dua orang cewek yang juga telah banyak membantunya untuk bisa ngomong langsung masalah tadi, cowok tersebut cuma tersenyum dan berkata pelan, "Makasih ya..."

Kedua cewek itu segera berlari menuju ruangan tadi. Cowok itu sendiri makin jauh meninggalkan ruangan kelas itu. Ia berjalan melewati teman-teman sekelasnya yang tengah asyik bermain bola basket.

"Woi..., mau gabung nggak? Kurang satu orang lagi nih".

Cowok itu menggelengkan kepalanya. Dia melanjutkan perjalanannya yang disambut, oleh bekas teman sekelanya waktu kelas sepuluh dulu, yang langsung nanyain apa hasilnya.

Cowok tersebut tak menjawab. Dan temannya pun tampak paham dengan reaksi cowok tersebut.

"Tapi aku lega" ucap cowok itu pelan "aku juga janji, kalau suatu hari nanti aku ketemu sama seorang cewek dan aku suka sama dia, aku bakalan langsung bilang"

"Bener?"

Cowok itu mengangguk.

Mereka pun terus berjalan hingga tanpa terasa mereka berpapasan dengan salah seorang guru yang jalan bareng seorang cewek. Teman cowok itu menunduk tanda memberikan hormat pada sang guru. Sementara sang cowok malah terpaku saat melihat cewek yang jalan disamping sang guru. Rasanya, rasa yang menyerangnya dua tahun yang lalu itu kembali lagi.

"Nah lo, katanya mau langsung bilang?"

"Dua tahun lagi!" ucap cowok itu mantap seraya mengajaknya temannya untuk pergi.***